Memadukan Islam dan
Sains
(Beberapa Pendekatan)
(Beberapa Pendekatan)
Pendekatan “Sains Islam”
1.
Tokoh
a.
Sayyed Hossein Nasr
- Ziauddin Sardar
Menurut
Zlauddin Sardar sains merupakan sarana
pemecah masalah (Problem Solving) yang sangat mendasar dari setiap peradaban.
Setiap aspek sains harus berorientasi kepada nila-nilai dan seluruh sains harus
merupakan sebuah aktivitas plural, sebuah aktivitas yang dibentuk oleh
pandangan dunia sang pelaku. Sains islam mengandung sebmuah konsep yang
horistik mengenai konsep pengetahuan yang tidak mengandung dikotomi antara
pengetahuan dan nilai – nilai.
Sains
islam sampai saat ini masih berada dalam tahap perkembangan dan dalam proses
artikulasi. Namun usaha – usaha yang dilakukan untuk mewujudkan sains islam
yang dipelopori oleh Ziauddin Sardar telah banyak mengalami kemajuan. Usaha
yang menjadi tonggak perdebatan masalah sains islam adalah konferensi
internasional yang dikoordinasikan oleh Ziauddin Sardar atas bantuan IFYAS (
International Federation of Institut Advance Study) pada juni 1981 di Stockholm
tentang “ pengetahuan dan nilai - nilai ” dengan tujuan untuk mengembangkan
pemikiran yang kontinyu tentang bagamana pedoman – pedoman etika atau moral
islam bisa dipadukan guna membentuk struktur sains islam.
Ziauddin
Sardar beserta sarjana – sarjana muslim dan barat dalam konferensi
Internasional “ Islam and The West ” pada 24 – 27 Juni 1981 di Stockholm sudah
saling sepakat bahwa parameter dari sains islam harus didasarkan pada suatu
kerangka nilai yang merupakan karakteristik dasar kebudayaan islam. Ter dapat
10 konsep nilai yang diidentifikasi sebagai parameter – parameter sains islam
dalam seminar Stockholm tersebut yang meliputi : Tauhid (KeEsaan Allah),
khalifah (Wali Allah), ‘ibadah (ibadah), ‘Ilm (ilmu pengetahuan ), Halal (hal –
hal yang dibolehkan), Haram ( hal – hal yang dilarang), ‘Adl (keadilan sosial),
Zulm (tirani), Istislah (kepentingan umum), dan Diya’ (pemborosan).
- Maurice Bucaille
- Gagasan
- Perlunya etika islam untuk mengawal sains.
- Perlunya landasan epistemologi Islami untuk suatu sistem sains (“sains islam”)
Pendekatan “Penafsiran (sentuhan) Islami”
1.
Tokoh
a.
Mehdi Ghulsani
Golsani
dengan seperangkat penafsiran tentang sains dan islam lebih menekankan
gagasannya pada filsafat yang bertujuan memfungsionalkan baik ranah keilmuan,
intelektual maupun praktis. Pemikiran Ghulsani dalam membedakan gagasan sains
islam yang ditawarkan khususnya dalam menyikapi adanya ilmu sekuler atau atheis.
Golshani
menempatkan kedudukan alquran sebagai wahyu, bukansebagai ensiklopedia
melainkan sebagai petunjuk atau pencerahan bagi sains.
Pemikiran
Golshani juga mengatrah pada adanya relasi antara sains danagama yan kemudian
disandingkan dengan penafiran atau kajian tentang sains dan islam pada wilayah
islam. Golshani sejalan dengan model integrasi sebagai model yang paling ideal
untuk melihat hubungan hubungan harmonis antara sains dan agama. Konsep ini
Bagi Golshani adalah sebagai bentuk optimalisasi kedepan atau melangkah lebih
maju dari sains modern, bukan gerak mundur apa yang telah ada.
b.
Bruno Guiderdoni
2.
Gagasan
- tidak perlu membangun “sains islam” tetapi cukup memberikan penafsiran (sentuhan) islami terhadap sains yang ada saat ini
Pendekatan
“Islamisasi Ilmu”
1.
Tokoh
a.
Naquib
Al-Attas
- Ismail Raji’ Al-Faruqi
- Harun Yahya
- Gagasan
- hendaknya ada hubungan timbal-balik antara aspek realitas (sains/iptek) dan aspek kewahyuan (islam).
Implementasi
“Islamisasi Ilmu
1. Tokoh
Menurut Ismail
Raji’ Al-Faruqi :
a.
Penguasaan
khazanah ilmu pengetahuan muslim
b.
Penguasaan
khazanah ilmu pengetahuan masa kini
c.
Identifikasi
kekurangan tiap ilmu pengetahuan dengan idealisme islam
d.
Rekonstruksi
ilmu pengetahuan
Pendekatan“Islamisasi
Penuntut Ilmu”
1.
Tokoh
a.
Fazlur
Rahman
2.
Gagasan
- Yang harus mengaitkan dirinya dengan nilai-nilai islam adalah pencari ilmu bukan ilmunya.
Pendekatan “Ilmuisasi Islam”
1.
Tokoh
a.
Prof. Dr. Kuntowijoyo (Alm)
2. Gagasan
a.
Perumusan
teori ilmu pengetahuan yang didasarkan kepada Al-Quran (menjadikan al-Quran
sebagai suatu paradigma).
Pendekatan “Pohon Ilmu”
1.
Tokoh
a.
Prof. Dr. Imam Suprayogo (Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
2. Gagasan
a.
Agama sebagai dasar pengembangan
sains.
- Sains dipandang merupakan bagian dari kajian keagamaan Islam.
Pendekatan “Integrasi-Interkoneksi”
1.
Tokoh
a.
Prof. Dr. Amin Abdullah
2.
Gagasan
menurut
Amin Abdullah, paradigm integrasi interkoneksi merupakan jawaban atau respon
terhadap system keilmuan yang terjadi saat sekarang ini terutama dalam
lingkungan akademis –adanya ilmu yang berdiri sendiri tanpa adanya “tegur sapa”dan
hubungan dengan keilmuan lain – yang pada akhirnya terjadi pendikotomian ilmu.
Padahal pemisahan ilmu pengetahuan akan berdampak pada kerugian yang sangat
besar bagi umat manusia terutama bagi umat islam itu sendiri, kerugian tersebut
baik secara psikologis maupun secara ilmiah akademis.
NIlai
secara aksiologis dalam penerapan paradigma ini adalah untuk membuka ruang dan
kerjasama (Integrated) dalm pengkajian suatu ilmu baik dari ilmu yang
dihasilkan dari agama maupun ilmu-ilmu umum. Hal ini mengindikasikan bahwa
penerapan paradigm ini dalam kependidikan islam pada khususnya adalah sebagai
upaya untuk menghapus dikotomis ilmu yang selama ini terjadi dalam tubuh
keilmuan islam yang dapat dipertanggungjawabkan secara publik dan menatap
keilmuan islam kedepan yang lebih maju.
Interkoneksi adalah keterhubungan antar unsur –
unsur yang berbeda sehingga unsur – unsur tersebut saling berkaitan dengan satu
yang lain.
Adapun integrasi dan interkoneksi bisa dikatakan
mengkaitkan hal-hal dibumi termasuk kehidupan manusia dengan ayat – ayat
alquran atau merupakan
upaya mempertemukan antara ilmu-ilmu agama (islam) dan ilmu-ilmu umum.
Sekarang
banyak dunia saat ini sedang mengalami berbagai krisis, mulai dari krisis
energy sampai krisis moral. Oleh banyak ahli, berbagai krisis yang melanda
dunia ini ditengarai dikarenakan umat manusia tidak berperilaku sebagaimana
mestinya (benar dan baik). Kesalahan perilaku umat manusia tersebut disinyalir
oleh para ahli tersebut karena pola pendidikan yang dikembangkan saat ini
kurang tepat. Saat ini, pendidikan dikembangkan dengan memisahkan antara
ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum sehingga banyak masyarakat yang minim akan
suatu ilmu yang seharusnya mereka ketahui. Maksdunya banyak masyarakat yang
meninggalkan ilmu agama atau mengeduakan ilmu agama dibandingkan ilmu umum
karena mereka berfikir bahwa ilmu umum itu lebih bernilai dari pada ilmu umum.
Ada juga masyarakat yang mengeduakan ilmu umum dikarenakan ilmu umum tidak
dibutuhkan dalam agama dan tidak dibawa diakhirat. Tidak hanya itu, Tantangan
berat yang harus dihadapi oleh masyarakat saat ini adalah perkembangan zaman
yang demikian pesat. Era globalisasi yang seolah datang dengan perubahan yang
cukup fundamental dimana sekat-sekat antar individu, bangsa seolah sudah tidak
ada lagi sehingga memunculkan kompleksitas persoalan.Oleh karena itu karena
banyaknya masalah yang melatarbelakangi krisisnya ilmu agama UIN Sunan Kalijaga
menerapkan integrasi dan interkoneksi pada keilmuannya.
Dari
uraian diatas, kita bisa menjawab Mengapa UIN sunan kalijaga mengembangkan
paradigma integrasi dan interkoneksi. Paradigma tersebut merupakan jawaban dari
berbagai persoalan di atas. Integrasi dan interkoneksi antar berbagai disiplin
ilmu, baik dari keilmuan sekuler maupun keilmuan agama, akan menjadikan
keduanya saling terkait satu sama lain, “bertegur sapa”, saling mengisi
kekurangan dan kelebihan satu sama lain.
Dengan
demikian maka ilmu agama (ilmu keislaman) tidak lagi hanya berkutat pada
teks-teks klasik tetapi juga menyentuh pada ilmu-ilmu social kontemporer.
Dengan paradigma ini, maka tiga wilayah pokok dalam ilmu pengetahuan, yakni natural
sciences, social sciences dan humanities tidak lagi berdiri sendiri
tetapi akan saling terkait satu dengan lainnya. Ketiganya juga akan menjadi
semakin cair meski tidak akan menyatukan ketiganya, tetapi paling tidak akan
ada lagi superioritas dan inferioritas dalam keilmuan, tidak ada lagi klaim
kebenaran ilmu pengetahuan sehingga dengan paradigma ini para ilmuwan yang
menekuni keilmuan ini juga akan mempunyai sikap dan cara berfikir yang berbeda
dari sebelumnya.
Interaksi
antara ketiga wilayah pokok dalam ilmu pengetahuan tersebut akan memperkuat
satu sama lain, sehingga bangunan keilmuan masing-masing akan semakin kokoh.
Upaya mempertemukan ketiga wilayah pokok dalam ilmu pengetahuan tersebut
diperkuat dengan disiplin ilmu filsafat. Filsafat (ontologi, epistemologi, dan
aksiologi) digunakan untuk mempertemukan ketiga wilayah pokok dalam
ilmu pengetahuan tersebut
Pendekatan“Sains
dan Teknologi Berbasis Wahyu”
1.
Tokoh
a.
Agus
Purwanto, D.Sc. (Dosen ITS)
- Gagasan
a. Pengembangan Sains dan Teknologi yang ada
dalam Al-qur’an dan Al-sunnah (ontologi, epistemologi, dan aksiologi)
Referensi
·
Skripsi SAINS DALAM
ISLAM (Studi atas pemikiran Mehdi Golshani), Oleh Mahmud Nasir mahasiswa jurusan Aqidah dan Filsafat fakultas ushuludin
UIN Sunan kalijaga, dalam penelitiannya tahun 2006
·
Skripsi Reintegrasi
Epistemologi Keilmuan Islam Dan Sekuler, oleh Mashudi mahasiswa jurusan Akidah dan Filsafat
fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga
·
Skripsi Pandangan
Ziauddin Sardar tentang sains islam , oleh Ismail mahasiswa jurusan aqidah dan
filsafat fakultas ushuluddin UIN Sunan Kalijaga